Jumat, 24 Juni 2016
Mengapa Produk Akhir Biogas Biasa Disebut Bio-CNG Atau Bio-LNG, Dan Bukan Bio-LPG?
Kamis, 23 Juni 2016
Kecil Lebih Mahal : Studi Kasus Pemurnian Biogas
Pemurnian biogas hingga menjadi biomethane yang kualitasnya
seperti CNG atau LNG di pasaran sangat mungkin dilakukan dalam skala
kecil. Prinsip atau metode pemurnian tersebut sama seperti pada skala besar,
tetapi pada skala kecil ternyata membutuhkan biaya yang lebih mahal terutama
untuk pembuatan unit pemurnian biogas tersebut. Hal ini karena semua peralatan
atau perlengkapan pada dasarnya sama seperti skala besar, bahkan sejumlah
peralatan atau perlengkapan penunjang di pasaran hanya tersedia pada ukuran
besar atau standar sehingga apabila digunakan untuk skala lebih kecil akan
banyak melakukan penyesuaian atau kustomisasi. Hal ini bisa dianalogikan ketika
penggunaan umum atau produksi massal adalah sepeda motor 100 cc hingga 200 cc,
lalu ada sebuah pesanan untuk membuat sepeda motor 50 cc atau 75 cc. Sebuah
studi tahun 2013 di Eropa menunjukkan bahwa biaya atau investasi yang
dibutuhkan berkisar 1.500-2.000 Euro/Nm3/jam untuk kapasitas raw biogas lebih
besar dari 800-1.000 Nm3/jam. Sedangkan untuk kapasitas kecil biaya investasi
meningkat secara signifikan yakni 360.000 – 460.000 Euro untuk raw biogas 60 –
72 Nm3/jam atau 6.000 – 6.400
Euro/Nm3/jam.
Berdasarkan data diatas maka sebuah
unit pemurnian biogas sebaiknya dibuat dengan skala cukup besar sehingga bisa
ekonomis. Harga bahan bakar gas yakni CNG atau LNG ataupun bahan bakar
kendaraan seperti minyak diesel dan bensin, juga bisa digunakan sebagai
pembanding untuk keekonomian produk biomethane yang dihasilkan nantinya. Ada
banyak sumber pada dasarnya sebagai bahan baku biogas ini terutama sejumlah
bahan-bahan organik yang cepat membusuk. Rute biologis (bio-processing) atau
fermentasi akan lebih sesuai untuk pengolahan limbah-limbah tersebut apabila
dibandingkan rute thermal misalnya, seperti pembakaran, pirolisis atau
gasifikasi maupun densifikasi (pemadatan) misalnya seperti pembriketan dan
pemelletan. Apabila tidak dimurnikan maka kualitas biogas sangat rendah, karena
banyaknya kontaminan/pengotor terutama gas CO2, sehingga nilai kalor-nya
rendah. Raw biogas dengan komposisi hanya 50-60% metana tidak efisien bahan
bakar pembakaran langsung (direct combustion), selain itu kontaminan berupa H2O
dan H2S korosif terhadap logam.
Perbandingan lain yang bisa dibuat
yakni setiap m3 biogas dengan kandungan 65% metana memiliki nilai kalor setara
6,5 kWh sedangkan pada biogas dengan kandungan 97% metana (biomethane) memiliki
nilai kalor setara 9,7 kWh. Nilai 9,7 kWh tersebut tidak berbeda jauh atau bisa bersaing dengan bahan bakar lain yakni
minyak diesel 9,8 kWh dan bensin 9,1 kWh. Berdasarkan hal-hal tersebut maka
pemurnian / upgrading biogas menjadi biomethane dengan spesifikasi nilai kalor
tinggi dan tidak korosif dibutuhkan sebagai bahan bakar kendaraan, pembangkit
listrik atau sumber pada skala produksi tertentu yang ekonomis untuk
dijalankan/dioperasikan.
Langganan:
Postingan (Atom)