Senin, 26 Januari 2015

Mencari Akar Masalah Kecelakan di Pabrik Kimia

Adaptasi dari Nancy Leveson, Massachusetts Institute of Technology, & Sidney Dekker, Griffith University

Fakta sering menyatakan bahwa operator atau pekerja maintenance penyebab kecelakaan antara 70-90%. Kenyataannya memang operator disalahkan atas kejadian tersebut dengan prosentase 70-90%. Dan hampir pada semua investigasi kecelakaan maka akan berfokus pada mencari seseorang atau sesuatu untuk disalahkan. Sebagai hasilnya akan tidak ada pembelajaran dan banyak saling tunjuk karena tidak seorangpun mau menjadi fokus dari kesalahan tersebut. Ada 3 level untuk menganalisa kecelakaan atau kejadian berbahaya :

1.       Apa – terkait hal-hal yang terjadi misalnya valve failure atau ledakan.
2.       Siapa dan bagaimana – terkait kondisi yang mendorong kejadian tersebut, sebagai contoh, rancangan valve yang buruk
3.       Mengapa – faktor sistemik yang mengarah pada siapa dan bagaimana, sebagai contoh, proses produksi, kegagalan rancangan proses, kegagalan pelaporan proses dan sebagainya.

Dengan menerapkan pemikiran sistemik pada process safety, kita mungkin akan memperkaya wawasan dari kecelakaan dan kejadian-kejadian membahayakan, pada operasional pabrik dan melakukan pencegahan serta antisipasi lebih baik akan hal-hal tersebut.
Pemikiran sistemik adalah sebuah pendekatan untuk mengatasi masalah tidak hanya pada kebiasan suatu komponen sistem tersebut tetapi pada konteks  dimana kebiasaan itu terjadi. Pemikiran sistemik dapat menyediakan pengetahuan pada hal-hal mendasar tidak hanya pada gejala-gejala yang nampak.  Apabila mengisolasi kebiasaan operator dari sistem yang melingkupinya maka hal tersebut akan mencegah atau mengurangi pemahaman penuh mengapa suatu kecelakaan tersebut terjadi dan peluang belajar darinya.

Kita tidak ingin hanya tergantung pada pelajaran masa lalu bagaimana meningkatakan safety. Perspektif yang sempit dari investigasi suatu kecelakaan dan kejadian berbahaya sering menghancurkan peluang untuk memperbaiki dan mempelajarinya. Saat ini umumnya sejumlah penyebab kejadian telah diidentifikasi tetapi tidak tercatat karena masalah pelaporan kecelakaan terkait filtering dan subjectivity, yang sering melibatkan politik organisasi pabrik yang bersangkutan.

Investigasi biasanya berfokus pada kesalahan operator atau kesalahan teknis, sementara mengabaikan kesalahan akibat keputusan manajemen, masalah budaya safety perusahaan, keterbatasan peraturan dan sebagainya. Pada hampir semua kecelakaan besar, semua faktor tersebut diatas memiliki kontribusi, sehingga pencegahan kecelakaan pada masa mendatang membutuhkan hal-hal tersebut diidentifikasi dan dievaluasi. Manajemen sebagai penyebab faktor sebagai contoh, tekanan untuk meningkatkan produktivitas, mungkin merupakan hal penting untuk pencegahan kecelakaan pada masa mendatang, tetapi hal ini hampir selalu diabaikan pada pelaporan kecelakaan (accident report). Sebagai akibatnya mereka hanya memperbaiki gejala-gejala yang muncul tanpa memperbaiki proses yang mendorong terjadinya gejala-gejala tersebut.

Tanpa memperbaiki kegagalan proses, berarti hanya masalah waktu saja ketika akan terjadi kecelakaan selanjutnya dan sebenarnya juga tidak ada perbaikan riil terkait hal tersebut. Sebagai contoh laporan kecelakaan mengidentifikasi karena desain valve yang buruk sebagai penyebab, dan sarannya adalah dengan mengganti valve tersebut dan kemungkinan juga menggunakan jenis desain yang sama. Sehingga pada dasarnya tidak terjadi investigasi pada kegagalan engineering-nya yang membuat rancangannya buruk melalui perancangan dan mereview prosesnya.

Secara tradisional kesalahan operator sebagai penyebab utama kecelakaan.  Kemudian solusi umum yang dipilih adalah terhadap operator tersebut adalah memberi peringatan, memecat atau memberikan training (pelatihan).  Alternatif lainnya adalah mendisiplinkan kerja mereka termasuk membatasi hal-hal yang dianggap tidak praktis untuk tidak dilakukan atau memarjinalkan mereka dari proses dengan menambah otomatisasi. Pendekatan ini biasanya tidak memberikan hasil jangka panjang dan hanya mengubah kesalahan kesalahan daripada mengeliminasi atau mengurangi kesalahan pada umumnya.

  
Pemikiran sistemik mempertimbangkan bahwa kesalahan manusia adalah gejala, bukan penyebab. Semua kebiasaan manusia terkait dengan kontek hal yang terjadi. Untuk memahami  kesalahan tersebut, kita harus melihat sistem tersebut secara keseluruhan, seperti rancangan peralatan, prosedur yang tidak berguna, konflik yang ada terkait tujuan dan tekanan pada produksi.  Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa human error adalah gejala dari sistem yang butuh untuk dirancang ulang. Tetapi daripada mengubah sistem, mengubah manusia akan lebih efektif.

Sebagai contoh, sebuah kecelakaan sering didahului oleh pelaporan yang tidak memadai pada system pelaporan kesalahan resmi (official error-reporting system). Setelah   terjadi kecelakaan, laporan investigasi merekomendasikan operator untuk training tambahan  pada sistem pelaporan dan butuh untuk selalu melaporkan masalah sebagai penekanan. Tidak seorangpun melihat mengapa operator tidak menggunakan sistem tersebut. Hal itu terjadi karena sistem sulit untuk digunakan, laporan-laporan tampaknya hanya ditumpuk dan dibaikan begitu saja. Jalan tercepat dan termudah, adalah menangani masalah potensial yang dihadapi secara langsung atau mengabaikannya berdasar asumsi pada saat kejadian serupa. Tanpa perbaikan sistem pelaporan kesalahan (error-reporting system) itu sendiri, tidak banyak perbaikan melalui mentraining ulang operator tentang cara penggunaannya, khususnya mereka  mereka mengetahui cara menggunakannya tetapi hanya diabaikan karena alasan-alasan lain.
Ilustrasi dibawah ini menggambarkan model mentang antara designer dan operator. Designer berhubungan dengan kondisi-kondisi ideal atau rata-rata, dan tidak dengan sistem aktual yang dibuat.  Sistem tersebut sangat mungkin berbeda dari spesifikasi  dasar designer  karena melalui variasi-variasi pada fabrikasi dan konstruksi atau karena penyempurnaan dan perubahan sepanjang waktu. Designer mungkin juga menyediakan SOP dasar seperti informasi untuk training dasar operator berdasar spesifikasi dasar design tersebut.  Prosedur tersebut mungkin belum komplit, karena kehilangan beberapa kondisi  yang mungkin terjadi  atau beranggapan bahwa kondisi tertentu tidak akan terjadi. Kejadian di pembangkit listrik tenaga nuklir di Three Mile Island menunjukkan hal itu karena designer menganggap kejadian itu tidak mustahil terjadi.


Sebaliknya,   operator harus berhubungan dengan kondisi aktual sistem yang telah dibuat dan kondisi yang terjadi, apakah diantisipasi atau tidak. Mereka menggunakan pengalaman operasional dan ujicoba untuk mengetest model mental dari sistem berhadapan dengan realitas dan menyesuaikan prosedur-prosedur yang mereka anggap perlu. Mereka juga harus mengatasi masalah produksi dan berbagai tekanan seperti efisiensi. Hal-hal tersebut mungkin tidak dipertimbangkan pada rancangan dasar.

SOP (Standard Operating Procedure) tentu secara periodik diperbaharui untuk mencerminkan kondisi atau pengetahuan terkini. Tetapi antara pembaharuan dan operator harus seimbang antara :
1.       Penyesuaian prosedur-prosedur pada wilayah kondisi tidak terantisipasi, yang menuju pada dampak-dampak tidak aman (unsafe outcomes) jika operator tidak memiliki pengetahuan lengkap pada kondisi pabrik saat ini atau kekurangan pengetahuan (seperti di Three Mile Island) sebagai implikasi rancangan pabrik.  Jika, pada peninjauan, operator-operator ternyata salah, maka operator akan disalahkan karena tidak mengikuti prosedur.
2.       Mendukung prosedur dengan disiplin ketika umpan balik menyarankan mereka harus beradaptasi, dimana mungkin akan menuju pada kondisi berbahaya pada kondisi khusus saat ini. Jika pada peninjauan prosedur-prosedur ternyata  salah, operator akan disalahkan karena disiplin mengikutinya.     

 Pada umumnya, prosedur tidak menjamin safety. Tidak ada prosedur sempurna untuk semua kondisi, termasuk hal yang tidak diantisipasi. Safety berasal dari operator karena ketrampilannya mengmabil keputusan kapan dan bagaimana mereka menerapkannya. Safety juga tidak datang dari organisasi yang memaksa operator untuk mengikuti prosedur tetapi lebih dari organisasi yang memantau dan memahami gap antara prosedur dan praktek. Mencermati alasan-alasan mengapa operator tidak mengikuti prosedur dapat menuju prosedur yang lebih baik dan sistem yang lebih aman.  Designer juga harus menyediakan umpan balik untuk memperbaharui model mental mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar